“Memang kenapa kalau terlahir China?” Ini menjadi bentuk perlawanan atau protes umum yang kerap mencuat dari orang – orang yang ditakdirkan terlahir dengan ras China.
Yah, entah dengan cara apa pihak lain bisa menyadari hal ini, terlebih jika pihak yang menempelkan streotipe ini adalah para orang – orang yang mengaku sebagai perwakilan agama mayoritas.
Sebuah asumsi yang sangat ceroboh tentunya, karena jika orang China memeluk agama Anda berarti selesai khan menurut Anda?! Persoalannya tentu tidak selesai dalam kehidupan berbangsa di Indonesia.
Cara berpikirnya gampang saja, orang – orang lain yang juga warga negara sah dari negeri bernama Indonesia, juga menjadi refleksi dan cermin mengenai eksistensi para orang – orang yang mengaku pemuka agama itu.
Di saat yang sama Anda merefleksikan cahaya sebagai pelaku korupsi, kolektor barang – barang / kendaraan mewah, penggemar prostitusi dan poligami, koruptor, dan berbagai rupa hitam lainnya. Entah bagaimana paradigma berpikir orang – orang ini mengenai kemampuan orang lain melihatnya, tapi respon di berbagai media sosial justru menimbulkan rasa antipasti.
Andai saja agama memang memperbolehkan poligami, apakah itu memang mutlak diikuti?! Andai saja agama memang memperbolehkan poligami, apa iya hanya karena kebutuhan seksual semata seperti Anda?!
Hanya karena demokrasi, semuanya tiba – tiba bebas bersuara. Mau itu suaranya seperti bebek, baunya seperti kentut, yang penting bicara. Mau isi suaranya itu malah buat keruh, mikirnya pakai perut, yang penting ngomong.
Tiba – tiba jadi ingat trek sampah yang lewat depan rumah tadi pagi, baunya sama, namun orang – orang yang membawanya terasa lebih mulia dan berguna bagi orang lain.
BSD, August 2nd 2013
Like this:
Like Loading...