
jbkderry.id – Disclaimer: Artikel otomotif kelas secangkir kopi ini bukan iklan yang berbayar, benar-benar hanya pengalaman dengan menyewa (rental) dua mobil dengan spesies yang sama, Toyota Calya 1.2L.
Camba – Sulawesi Selatan
Selasa siang 13 September 2022 jadi hari kedua saya menyewa Toyota Calya 1.2 transmisi manual (MT) selama sepekan di Makassar (12 – 17 September 2022).
Di hari itu, rutenya adalah menjadi agenda terberat yaitu melintasi jalur menantang di Camba, Sulawesi Selatan. Tujuannya ke Sengkang yang jaraknya nyaris 200 km dari kota Makassar.
“Wuih, seram banget rutenya. Aku gak mau lagi lewat situ pulangnya,” kata Bu Yon, bini semata wayang.
Ya, rute Camba memang menantang sejak dulu. Ruas jalannya sempit, pas 2 mobil dan penuh tikungan tajam. Belum berhenti sampai di situ. Namanya juga rute di wilayah perbukitan, pasti ada tanjakan dan turunan, lalu ada juga jurang yang menganga, serta bebatuan besar yang siap membuat kendaraanmu ringsek parah jika terlambat mengantisipasi setang kemudi.
Perjalanan ini menjadi lebih menantang, karena mesin 1.2L untuk LMPV kategori LCGC ini diisi oleh 3 orang dewasa, 1 anak gadis 14 tahun, 2 bocah 9 dan 10 tahun, serta anak bayi 16 bulan.
Untungnya Toyota Calya sudah menggunakan chassis monokok jadi lebih nyaman untuk penumpang. Saya juga tidak merasakan suspensi belakang yang ‘blezek’ meski diisi sejumlah penumpang di atas.
PRnya cuma harus pintar-pintar menjaga momentum putaran mesin dan posisi gigi transmisi, agar tidak ngempos saat keluar tikungan, apalagi ketika langsung memasuki jalur menanjak.
Ya, Camba memang harus presisi. Di satu titik di depan kami, selepas sebuah tikungan kiri yang menanjak dan diapit bebatuan besar ada sebuah skutik yang ditunggangi dua cewek mengalami kecelakaan. Sesaat jalanan sempat macet, namun benar-benar hanya sebentar. Orang-orang yang berhenti menepikan mereka yang nampak meringis kesakitan di pinggir jalan.
Kinerja handling atau bantingan setir terhitung nyaman dioperasionalkan untuk mobil keluarga dari Toyota yang harganya paling terjangkau ini.
Satu hal lagi yang saya suka dari Toyota Calya 1.2 MT ini adalah konsumsi BBMnya yang irit. Asumsiku bisa tembus 16 – 19 km/ liter. Ya, selama sepekan di Makassar, saya mengisi 5x BBM, yaitu di hari pertama Rp 120 ribu, terus waktu mau ke Sengkang Rp 130 ribu, menjelang masuk Sengkang Rp 110 ribu, di Sidrap dalam perjalanan kembali ke Makassar (Rabu 14 September 2022) Rp 125 ribu, dan di hari Jumat 16 September 2022 cuma Rp 75 riu. Totalnya cuma Rp 560 ribu.
Padahal, saya sudah anggarkan Rp 1,5 juta. Jadi lumayan menghemat.
Nagreg – Jawa Barat
Jumat malam pukul tujuh, 23 September 2022, saya kembali menyewa Toyota Calya transmisi otomatis via aplikasi Trevo.
Biaya sewanya lumayan murah, cuma Rp 483 ribu untuk pemakaian dua hari. Cuma memang jarak perjalanan dibatasi tidak boleh lebih dari 300 km/hari. BBM disarankan Pertamax. Terus ada deposit Rp 500 ribu, dan kalau ada apa-apa, siap tanggung rugi biaya klaim asuransi dan biaya kerugian tidak beroperasinya kendaraan selama masa perbaikan yang besarannya didiskusikan dengan pemilik mobil.
Ya, lumayan ribet, namun namanya juga mobil sewa alias rental, jadi tergantung persyaratan yang punya mobil. Syarat-syarat tambahan itu memang sifatnya individual alias di luar ketentuan yang ada di aplikasi.
Apalagi, ternyata mobil ini saya menjadi orang pertama yang sewa, dan jarak tempuhnya belum sampai 2.000 km. “Hati-hati yah, pak. Ini bapak orang pertama yang sewa.”
Di luar pengalaman mengendarai Toyota Calta AT kali ini, terselip sebuah cerita yang menginspirasi dari pemilik mobil. “Saya baru main di Trevo setahun, pak. Awalnya cuma dua mobil, namun sekarang sudah ada 5 mobil. Lumayan dalam setahun, dapatlah sekitar Rp 250 juta bersih.”
“Idenya muncul waktu pandemi, karena usaha lagi goyang. Lalu saya coba main di Trevo, dan ternyata lumayan dapatnya.”
Kembali ke soal pengalaman mengendarai Toyota Calya AT keluaran 2022 dengan model plat baru ini (plat putih).
Mengendarai Toyota Calya AT jujur enak, sebagai mobil keluarga dari Toyota yang harganya paling terjangkau. Meski saya kaget juga lihat pajak tahunannya di atas Rp 4,5 juta per tahun (PKB dan SWDKLLJ). Sepertinya bapak sang pemilik Toyota Calya AT ini kena pajak progresif.
Di luar itu, saya kembali dibuat terkesan dengan kinerja handling dan suspensinya. Kenyamanan di kabin juga lumayan, gangguan suara dari luar (angin dan putaran ban) terhitung tipis masuk kabin dan rasanya tidak mengganggu). Cuma ya itu saja, jika melintasi tanjakan di Purbaleunyi) dan keluar masuk tikungan di perbukitan Nagreg harus pintar-pintar jaga putaran mesin dan gigi transmisi.
Kalau telat, siap-siap saja mengalami gejala performa mesin yang rada ngempos, dan mesti injak pedal gas lebih dalam yang berarti berimbas pada putaran mesin yang lebih tinggi, dan tentu saja konsumsi BBM yang jadi lebih boros.
Untuk urusan konsumsi BBM pun, saya kemballi terkesan dengan level konsumsinya yang terhitung irit. Bolak – balik Bogor Ciamis cumangeluarin biaya bakar bakar Rp 405 ribu, plus tol Rp 190 ribu (PP).
Hmm, tapi sempat baca kemarin biaya tol bakalan naik lagi ke dapannya.
Oh iya, perjalanan Bogor – Ciamis PP ini, kabin Toyota Calya 1.2 AT ini diisi oleh dua orang dewasa, satu nenek usia 65 tahun, 1 anak gadis 14 tahun, 2 bocah 9 dan 10 tahun, serta anak bayi 16 bulan.
Itu saja dulu, semoga informasi otomotif kelas secangkir kopi ini ada manfaatnya. Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk mampir.