
jbkderry – Pada tanggal 25 November tahun 2019, situs CNBC mengunggah sebuah artikel berjudul “Global car sales expected to slide by 3.1 million this year in steepest drop since Great Recession“.
Isi artikelnya mengenai data penjualan mobil di seluruh dunia sejak tahun 2017 hingga tahun 2019 yang mengalami penurunan, karena dampak Great Recession (kira-kira artinya “resesi dunia”).
Krisis finansial itu menjangkiti potensial konsumen di pasar-pasar utama seperti Amerika Serikat hingga Cina. Hasilnya penjualan mobil di seluruh dunia terus mengalami penurunan.
Di tahun 2017, penjualan mobil penumpang di seluruh dunia menembus angka 81,8 juta unit, namun di tahun 2018 tergelincir di angka total penjualan 80,6 juta unit, alias turun 1,2 juta unit.
Di tahun 2019, angka penurunan tergelincir lebih dalam. Saat itu artikel itu menyebut angka penurunan mencapai 3,1 juta unit di angka 77,5 juta unit di seluruh dunia.
Artikel di situs CNBC itu mengingatkan pengelola media kelas secangkir kopi ini pada sebuah narasi di situs JATO yang berjudul “Global car market remains stable during 2018, as continuous demand for SUVs offsets decline in sales of Compact cars and MPVs” yang diunggah pada 21 Februari 2019.
Dalam artikel di situs JATO tersebut, salah seorang analisisnya yang bernama Felipe Munoz mengatakan, jika sejak tahun 2018 industri otomotif di dunia akan mulai menghadapi era tantangan yang baru. Analisi Munoz ini didasari oleh beberapa faktor krusial seperti kondisi permasalaha perekonomian di negara-negara dan kawasan pasar terbesar, perubahan kebijakan-kebijakan di sejumlah wilayah negara dengan pasar terbesar, serta tantangan baru yang berusaha mempertahankan status quo alias anti perubahan.
Kembali ke isi dari narasi di situs CNBC disebutkan jika tim ekonomi dari Fitch Ratings mengatakan, jika menurunnya angka penjualan sebesar 3,1 juta unit pada tahun 2019 merupakan yang terdalam sejak tahun 2008.
Menurut Brian Coulton, chief economist di Fitch Ratings, merosotnya angka penjualan mobil di seluruh dunia mulai terjadi sejak pertengahan 2018. Dimulai dari menurunnya minat beli di Cina yang merupakan pasar mobil terbesar di dunia seluruh dunia saat ini. Sepanjang 10 bulan pertama tahun 2019, angka penjualan mobil di Cina disebut mengalami penurunan 11%.
Masih menurut Coulton, setidaknya ada tiga faktor yang membuat angka penjualan mobil baru mengalami depresi di Cina, yaitu angka pertumbuhan kredit yang lemah, meningkatnya angka penjualan mobil bekas, dan kebijakan baru mengenai standar emisi.
Pertumbuhan skema ride-hailing dan car-sharing (yang juga mulai berjalan di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir) dipercaya oleh Coulton turut menekan angka permintaan mobil baru.
Tahun 2020 Diperparah Pandemi Covid-19
Situs Statisca.com dalam sebuah narasi berjudul “Number of cars sold worldwide between 2010 and 2021(in million units)” menyebut angka penjualan mobil di tahun 2020 di seluruh dunia mengalami angka penjualan yang lebih melorot lagi yaitu di angka 63,8 juta unit, alias turun 13,7 juta unit.
Penyebabnya selain dampak dari perlambatan kondisi ekonomi dunia seperti di tahun-tahun sebelumnya, juga sebagaimana kita ketahui bersama dampak dari pandemi virus corona di sejumlah pasar-pasar otomotif terbesar memberikan dampak yang sangat signifikan.
Di Indonesia, angka penurunan penjualan mobil baru pada tahun 2020 berdasarkan data Gaikindo mengalami penurunan 48,35% jika dibandingkan data penjualan mobil baru di tahun 2019.
Di tahun 2021 ini sendiri, pelaku industri otomotif di dunia percaya bisa mengalami pertumbuhan kembali. Prediksi di situs Statisca.com menyebut, prediksi penjualan mobil baru di dunia ada di angka 69,8 juta unit, atau tumbuh di angka 6 juta unit.
Di Indonesia sendiri melalui kebijakan insentif PPnBM, pihak Gaikindo optimis pasar mobil baru di tahun 2021 ini bisa menembus angka 800 ribu unit.
Semoga…