
jbkderry – Seorang kawan baik beberapa kali bilang, Yamaha punya spesifikasi, kualitas dan ketersediaan suku cadang, harga suku cadang, serta layanan purna jual dibanding Honda untuk segmen mass production atau produksi massal di kelas atau segmen yang sama di Indonesia.
Ya, saya menyepakatinya, makanya masih ada dua skutik Yamaha saya pertahankan di rumah sampai saat ini. Namun, sudut pandang dan katakanlah klaim itu tidak inline atau sejalan dengan data pasar.
Ya, kawan baik saya bisa saja menganalogikan Yamaha ibarat Conor McGregor (misalnya) yang disebut memiliki spek bertarung lebih baik dibanding Dustin Poirier, tapi faktanya pada saat rematch pada 24 Januari 2021 waktu Indonesia tendangan Poirier sukses melumpuhkan pergerakan McGregor.

Ya, Yamaha bisa saja membayangkan dirinya laksana Andy Ruiz Jr yang sukses membuat Anthony Joshua mencium kanvas di tahun 2019 lalu. Ya, Yamaha memang sempat cukup digdaya memberikan perlawanan sangat ketat pada Honda di pasar tanah air pada periode waktu 2009 – 2010 (silakan simak artikel ini LIMA ASUMSI UMUM BELI MOTOR HONDA LEBIH BAIK KETIMBANG YAMAHA).
Konon pencapaian itu membuat Yamaha Thailand pun sempat terperanjat bagaimana Honda yang memiliki kapasitas modal jauh lebih besar bisa mendapat pukulan mematikan bertubi-tubi dari pabrikan garpu tala pada periode dua tahun itu (2009 – 2010).
Tapi anggap saja itu sebuah peristiwa anomali, saat Anthony Joshua kembali ke performa terbaiknya, maka perlawanan Andy Ruiz Jr pun jadi terasa sia-sia dan akhirnya dunia pun kembali berjalan normal ketika Joshua berhasil memenangkan pertarungan kedua pada tahun 2020 lalu.
Ya, sejak tahun 2011 hingga kini Honda seperti langsung gaspol dengan segala performa terbaiknya. Hasilnya gap penjualan antara motor produksi Honda dan Yamaha terus semakin melebar.
Asumsi kelas secangkir kopi media ini di saat ini satu motor produksi Yamaha terjual satu unit jika empat motor produksi Honda juga sudah terlepas di pasaran ke konsumen.
Kok bisa begitu?
Ya, secara umum minat beli konsumen sepeda motor untuk kategori produksi massal di Indonesia dapat dikategorikan pada pertimbangan nilai brand yang lebih baik, tingkat efisiensi BBM, serta nilai jual kembali yang lebih baik.
Tiga variabel itu yang di benak masyarakat umum lebih tertanam, ketimbang hitungan-hitungan teknis atau beberapa argumentasi yang disebut pada awal narasi kelas secangkir kopi di atas…
Honda sangat memahami kekuatannya itu dalam membentuk kesimpulan di benak masyarakat umum, apalagi kekuatan modal ditunjang kekuatan strategi sebagai penguasa pasar membuat Honda nampak bisa melihat lebih tinggi ketimbang Yamaha.
Kok bisa begitu? Simak saja ketika Honda di tahun 2020 ini memperkenalkan model terbaru Honda CBR150 dan Honda PCX160 yang secara spesifikasi lebih baik namun kenaikan harga yang terhitung kecil.
Hasilnya mau tauk mau itu akan memberikan penetrasi atau tekanan lebih hebat pada dua produk andalan Yamaha, yaitu R15 dan NMAX 155 generasi terbaru.
Ya, pada akhirnya publik akan lebih menyukai CBR150 dan PCX160, meski dengan klaim spesifikasi yang diklaim masih kalah tipis sekalipun dibanding produk Yamaha sekelasnya.
Ya, sekali lagi R15 dan NMAX155 baru bisa saja dianalogikan sebagai McGregor, tapi CBR150 dan PCX160 adalah Poirier yang siap menyepak kedua kaki-kaki Yamaha di dalam pertarungan pasar.
Ya, seperti biasa Yamaha memang tidak bisa bertarung apple-to-apple atau head-to-head dengan kekuatan modal dan strategi Honda, seperti biasa Yamaha mesti mengeluarkan jurus baru alias segmen baru.
Jadi apakah benar isunya X-Ride 155 buat melawan ADV150? Ya, bisa jadi, jadi kita tunggu saja.
Sepanjang adu kecerdikan Yamaha bisa menang, tapi kalau adu kekuatan modal dan strategi penetrasi pasar mau tidak mau harus diakui Honda lebih unggul.
Itu saja dulu, semoga ada manfaatnya. Terima kasih telah menyempatkan waktu untuk mampir…