
jbkderry.com – Musim balap MotoGP 2020 ini memang unik. Selain karena faktor pandemi yang membuat jumlah seri MotoGP dipangkas jadi 14 seri saja, juga karena insiden Marc Marquez yang harus absen sejak insiden di seri kedua di Jerez, Spanyol.
Hal kedua di atas juga menjadi berkah tersendiri bagi jalannya kompetisi di MotoGP. Ya, tidak ada lagi balapan yang monoton dan didominasi Marc Marquez dengan tunggangan andalannya Honda RCV213V.
Bayangkan saja, dalam 11 seri yang telah digelar hingga narasi kelas secangkir kopi ini dibuat, sudah ada 8 (delapan) pembalap yang berkesempatan berdiri di posisi podium tertinggi alias juara 1.
Dan lebih unik lagi, sang pemuncak klasemen justru belum pernah juara 1. Jika ini terjadi, tentu ceritanya lebih spesial ketimbang ketika mendiang Nicky Hayden jadi juara dunia MotoGP di tahun 2006 hanya berbekal dua kali jadi juara seri.
Nama pembalap sang pemuncak klasemen MotoGP sementara ini di tahun 2020, tentu sudah tidak perlu diperkenalkan, Joan Mir, pembalap berusia 23 tahun asal Spanyol. Prestasi tertingginya pun “hanya” tiga kali berada di posisi kedua, sempat malah finish di posisi ke-11 pada seri kesembilan, dan bahkan gagal menyelesaikan balapan pada seri perdana dan ketiga.
Yuk, obrolin lagi lebih jauh soal Joan Mir dalam narasi kelas secangkir kopi…
Ngobrolin Joan Mir di MotoGP tahun 2020 tentu menjadi kejutan tersendiri, mengingat kalaupun tim Suzuki Ecstar banyak disorot media dan publik justru karena prestasi rekan setimnya Alex Rins.
Namun di tahun 2020 ini nampaknya dewi keberuntungan lebih berpihak pada Joan Mir, yang pernah tampil dominan di ajang Moto3 tahun 2017, dengan rekor kemenangan 10 seri dari 18 seri yang digelar, sehingga berhasil mengantarkannya menjadi juara dunia Moto3 setelah tiga tahun berlaga di ajang tersebut.
Jika melirik perjalanan Mir di Moto3, nampak pembalap kelahiran 1 September 1997 bukanlah ketegori pembalap super agresif layaknya Valentino Rossi (di masa jaya) ataupun Marc Marquez kini. Ia lebih nampak sebagai pembalap yang suka belajar, mengamati, dan terus berkembang pesat.
Indikatornya yah ketika di ajang Moto3. Di tahun pertama ia berlaga di ajang Moto3 (2015), ia gagal mendapat poin sama sekali. Baru di tahun keduanya pada tahun 2016, Mir meroket sangat tinggi dan berhasil menduduki posisi ke-5 klasemen akhir, dengan rekor sekali juara seri.
Indikator lain jika Mir adalah pembalap yang bisa berkembang pesat bisa dilihat juga pada masa sebelumnya. Di ajang balapan FIM CEV Moto3 Junior World Championship tahun 2013, Mir hanya menduduki posisi ke-40, namun dua tahun kemudian di tahun 2015 berhasil naik ke posisi 4 dengan 4 (empat) rekor kemenangan seri.
Di tahun 2018, Joan Mir yang mengadu peruntungan di kelas yang lebih tinggi Moto2 pun bisa disebut kalah popoler dan tenggelam dalam pertarungan sejumlah nama besar lainnya seperti Francesco Bagnaia, Miguel Oliveira, Brad Binder, dan Alex Marquez.
Sama dengan prestasinya di ajang MotoGP tahun 2020, prestasi tertinggi Mir di tahun pertamanya di ajang Moto2 pada tahun 2018 yaitu “hanya” dua kali menduduki posisi runner-up alias posisi kedua.
Tapi sekali lagi cara melihat grafik peningkatan pencapaian prestasi Joan Mir memang tidak bisa demikian. Coba saja simak prestasinya di awal debutnya di MotoGP pada tahun 2019, yang hanya menduduki posisi ke-12 dengan sekali pencapaian tertinggi di posisi ke-5. Sementara di tahun itu (2019), rekan setimnya Alex Rins bisa menduduki posisi ke-4 di klasemen akhir dengan dua kali rekor kemenangan seri.
Lantas apa pelajaran hidup yang bisa kita petik dari prestasi Joan Mir di ajang MotoGP 2020?
Kalau versi media kelas secangkir kopi jbkderry.com, “Dalam pertarungan hidup, Anda tidak selalu harus atau pasti yang paling jago dan piawai dalam sebuah bidang untuk menjadi pemenang, karena bisa jadi konsistensi yang terus diasah dan keberpihakan dewi keberuntungan tengah berada di pihakmu. Sederhananya, jangan pernah menyerah, terus berusaha untuk berkembang, dan biar Semesta yang kemudian menentukan takdir atau hasil dari upaya kerja kerasmu.”
Bagaimana kalau menurut kalian, guys?