jbkderry.com – Mestinya media kelas secangkir kopi ini jbkderry.com jadi wadah buat informasi berbau-bau otomotif, karena interest-nya memang ke situ.
Tapi saat ini keknya antuasisme lagi tidak mengarah ke sana, dan karena kemarin Senin 29 Juni 2020 tidak ada konten yang termuat, jadilah konten hari ini Selasa 30 Juni 2020 yang soalnya sesuai judul, mudah-mudahan masih ada manfaatnya buat para pengunjung yang menyempatkan waktu untuk mampir.
Ternyata per hari kemarin, Senin 29 Juni 2020, sudah 200 video saja di kanal YouTube kelas secangkir kopi Derry Journey.
Nyang mampir dan langganan memang masih sangat sedikit, tapi itu memang bukan tujuan utamanya.
Tujuan utamanya adalah sebagai wadah penampungan pengelolanya untuk berekspresi. Syukurnya, yang berkenan nonton dan langganan tetap ada juga.
Kemarin misalnya, pas buat ngunggah vlog tentang klub bola kesukaan sejak zaman putih abu-abu (baca: Liverpool), eh, malah ada tambahan 1 (satu) subsciber jadi 916 sekarang (mudah2an sih yang langganan gak cabut😅👌☕️).
Vlog kelas secangkir kopi soal Liverpool itu juga ada 3 yang nonton, dan terima kasih buat 1 yang like, keknya ada kawan-kawan baik yang “berderma waktu” atas ikhtiar kawan baiknya ini 😅☕️.
Soal, nge-YouTube, ada tips kelas secangkir kopi neeh, semoga ada manfaatnya.
Beberapa hari lalu, Derry Journey sempat lihat video perpisahan di salah satu konten kreator YouTube senior di Indonesia, SkinnyIndonesia24.
Dalam video itu, Andovi Da Lopez sempat bilang, YouTube pada awalnya menjadi wadah bagi siapapun yang merasa suaranya tidak terdengar, namun menurutnya semakin ke sini semakin bergeser seiring banyaknya konten yang ia kategorikan “sampah”, kemunculan kanal-kanal selebriti, dan perubahan sistem algoritma YouTube yang gak asyik lagi.
Keluhan macam ini pernah juga Derry Journey catat dari konten kreator senior seperti Reza Arap dan Detective Aldo (waktu collab sama Deddy Corbuzier).
Ya, bisa jadi YouTube memang menjadi wadah sampah dan kontroversi seperti konten Ferdian Paleka, Nikita Mirzani, dan pasangan vlogger Indira Kalistha serta suaminya, bisa jadi lho yah… (ini bukan tuduhan, sekadar asumsi kelas secangkir kopi).
Tapi di luar hal itu, Derry Journey mencatat beberapa hal kecil atau klasik yang bisa jadi stimulan untuk tetap berkarya via YouTube. Berikut di antaranya:
1. Mengunggah konten di YouTube sejauh ini gratis, dan asal memenuhi ketentuan yang berlaku bisa terus berkarya di sana.
2. Abaikan potensi disrupsi.
Ya, kadang mungkin ada yang merasa, “Kok sudah bikin capek-capek videonya, enggak ada yang nonton atau kalau ada paling sedikit?”. Nah, anggapan seperti ini mestinya dihilangkan. Kalau kamu berkarya untuk mendapat perhatian, tepuk tangan, sanjungan, dan bahkan lebih jauh mendapat pemasukan, itu seyogyanya sudah salah orientasi.
Dalamnya lautan bisa jadi bisa diukur, dalamnya hati dan pikiran manusia siapa yang bisa ukur (kecuali Tuhan, tentu).
Jadi kalau berkarya demi kepentingan pasar, yah, mendingan dari sekarang lupakan saja keinginan ber-YouTube. Jangan sampai kamu kecewa, kalau ternyata respon publik tidak sesuai harapan.
Tips ini lebih kepada para individu yang ingin memulai ber-YouTube yah, bukan kepada kelompok atau bahkan industri yang memang sudah memiliki tenaga terampil dan bahkan ahli dalam mengemas isi-isi konten yang bakalan disukai oleh publik.
3. Survival of the Fittest.
Ya, banyak orang yang berpandangan, jika kunci sukses itu terserabut alias enggak ada yang pasti.
Jadi, kalau di dirimu ada keinginan untuk berbuat dan berkarya, jangan tunda-tunda lagi, segerakan dilakukan atau dilaksanakan.
Setidaknya dirimu sudah mencoba merealisasikan jalan menuju sukses, karena rasanya banyak yang bakalan sepakat, tidak ada raihan kesuksesan secara instan.
Jangan takut gagal, dan jika kemudian gagal, silakan berevaluasi supaya bisa menemukan kiat berkreasi yang lebih baik.
Percayalah, hanya yang tetap kuat yang bisa bertahan.
4. Buatlah konten positif.
Konten positif memang memiliki kans yang lebih kecil buat populer ketimbang konten yang mengandung kontroversi.
Tapi perlu diingat, jangan buat sesuatu yang justru memicu kekacauan dan menginspirasi orang-orang yang menonton untuk berbuat tidak baik.
Ada kok, konten yang tetap menyalurkan informasi kebaikan dan tumbuh. Derry Journey yang suka mancing sejak SD hingga masa kuliah misalnya suka mampir kanal YouTube Arie Kalbar.
Kanal YouTube satu ini konsep kerjanya juga sederhana, demikian pula editingnya, tapi terbukti kanal YouTube-nya tetap tumbuh.
Itu saja dulu, semoga ad manfaatnya artikel kelas secangkir kopi ini. Terima kasih sangat sudah menyempatkan waktu untuk mampir.
Kalau ada poin-poin yang hendak didiskusikan mengenai konten ini, silakan tinggalkan komentar di bawah.
Sebagai penutup, tidak semua orang dilahirkan dengan kemampuan membuat langkah-langkah besar, jadi kalau bisanya langkah-langkah kecil kenapa malu, enggan, dan sungkan melakukannya…