GOWES TANJAKAN BUAT LAWAN RASA MALAS AWAL TAHUN 2020

jbkderry.com – Sabtu sekitar jam enam pagi 11 Januari 2020, cuaca di kawasan Kabupaten Bogor nampak bersahabat buat gowes ke tanjakan. Sudah beberapa hari kepikiran mau menyapa Bukit Hambalang, meski tanpa teman sepedaan hari ini.

Perjalanan pun dimulai sekitar jam 6an pagi, santai saja genjot pedal sepedanya. Ya, inilah salah satu enaknya sepeda sendirian, karena bisa tentukan ritme sekenanya alias tidak perlu melakukan penyesuaian dengan rekan seperjalanan.

Di kawasan jalan raya Bogor selepas lampu merah pertigaan Cibinong City Mall, mulai cukup sering ketemu dengan rombongan pesepeda lain menuju arah Bogor. Tapi pemandangan yang menarik pertama adalah para pelanggar lalu lintas bermotor dan bersepeda yang lawan arah.

Ada pemotor yang bawa istri dan anak batita yang nampak menantang air mukanya kepada siapapun yang menghalangi jalannya, padahal dia bawa motor lawan arah.  Ya, sebuah pemandangan yang makin lazim di negeri ini, padahal kawasan pemerintahan kabupaten Bogor letaknya cukup dekat dari situ.

Setibanya di kawasan jalanan menuju arah Sirkuit Sentul, pemandangan lazim lain yang kerap kali mengganggu dan membahayakan pun kembali terlihat di jalur lambat. Banyak sekali truk-truk besar yang parkir di bahu jalan, dan hingga kini tidak pernah ada penindakan dari pihak aparat.

Kembali ke soal gowes di pagi itu ke Bukit Hambalang. Tantangan awal tanjakan dimulai dari jembatan di jalan Anyar sebelum gerbang Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Bogor.

Di sini jalur tanjakannya memang ajib, tidak terlalu panjang, tapi level kemiringan tanjakannya di beberapa titik cukup menggetarkan hati, nyali, dan dengkul. Rute ini meski terhitung pendek buat pesepeda, tapi juga menjadi salah satu favorit di kawasan Bogor buat melatih dengkul, kekuatan hati, dan keras kepala.

Kalau dari jembatan di jalan Anyar hingga ke titik 0 KM di Kantor Desa Hambalang berdasarkan Google Maps jaraknya sekitar 5,4 km, dan itu 97% nanjak. Ada beberapa titik yang level kemiringannya tanjakannya minimal 25 derajat dan cukup panjang.

Untuk menaklukkannya buat para pemula atau pesepeda amatiran kayak Derry Journey, harus pintar-pintar jaga ritme. Jangan diforsir atau terbawa emosi waktu gowes di tanjakan seperti ini.

Ritme penting untuk dibuat, dan untuk mengasahnya memang perlu jam terbang alias pengalaman. Semakin sering dilakukan, semakin ketemu ritme. Tidak kalah pentingnya, ritme yang terasah itu sedikit banyak melatih kesabaran kita sebagai manusia.

Bersepeda di tanjakan seperti di kawasan BNPT Bogor ini juga melatih keberanian kita menghadapi hidup yang acap kali menanjak. Tidak perlu gentar, lakukan saja sesuai ritme masing-masing. Tidak perlu cemburu kalau ada pesepeda lain yang mendahului, tidak perlu juga takabur kalau berhasil mendahului pesepeda lain. Cukup fokus pada ritme diri sendiri dan sepeda masing-masing.

Bersepeda di kawasan ini juga kita bisa belajar bersyukur, karena di akhir pekan biasanya kita akan sering ketemu dengan pesepeda berusia 50an hingga 60an tahun, seperti seorang bapak berusia 56 tahun (kelahiran 1964) yang gowes sendiri dari kawasan Cijantung.

Sepeda bapak itu terhitung standar, tapi kelihatan sudah biasa sepedaan. Buktinya, selepas tanjakan warung pos 1 dan masuk ke jalan alternatif perkampungan yang hanya cukup untuk motor, ada jalur tanjakan dengan level kemiringan 30 – 35 derajat sepanjang sekitar 1 km, mampu ia lewati tanpa putus gowes pedalnya.

Derry Journey sudah menyerah di sekitar titik 700 meter dan memilih mendorong sepeda.

Fenomena kemampuan bapak 50an tahun itu mampu gowes tanpa putus di tanjakan dengan level kemiringan seperti itu, cukup sering kita temui di kawasan favorit pesepeda di sekitar Bogor termasuk di Bukit Hambalang.

Selain fisik yang baik dan kondisi sepeda yang sehat, juga dibutuhkan teknik bersepeda yang pas buat menaklukkan tanjakan dengan level kemiringan 30 – 35 derajat seperti itu.

Hal yang perlu diperhatikan adalah posisi badan saat bersepeda sebaiknya condong ke depan dan agak membungkuk. Gunanya untuk mencegah ban sepeda depan ngangkat pada saat melaju. Kalau sampai ban sepeda ngangkat, akibatnya bisa cukup fatal karena bisa terguling di tanjakan seperti yang pernah dialami oleh seorang kawan di kawasan jalur menuju Leuwi Asih di Babakan Madang (belakang Jungle Land).

Itu saja dulu artikel kelas secangkir kopi untuk Sabtu 11 Januari 2020. Terima kasih sudah mampir, semoga ada manfaatnya.

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: