
Jakarta – Artikel kelas secangkir kopi kali ini kembali soal kebijakan mobil listrik yang sedianya akan terus didorong oleh pemerintah RI, agar dapat mencapai volume produksi sebesar 20% dari total produksi kendaraan di Indonesia pada tahun 2025.
Senin 26 Agustus 2019, jbkderry.com sempat membaca pernyataan Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi di salah satu situs media mainstream, yang intinya menghimbau Pemerintah agar tidak salah langkah dalam mendukung kebijakan kendaraan listrik ke depannya di Indonesia.
Orang nomor 1 di Gaikindo itu juga menyatakan dalam artikel tersebut, hal yang harus juga diperhatikan oleh Pemerintah adalah soal nasib sekitar 30.000 industri komponen pendukung otomotif di Indonesia, dimana 10.000 di antaranya bakalan hilang andai era mobil listrik benar-benar sudah terjadi di Indonesia sebagai pilihan umum masyarakat.
jbkderry.com pun coba memasukkan kata kunci “parts ev vs ice” di Google, dan ketemu salah satu referensi artikel dari https://insideevs.com, dimana pada sebuah artikelnya dijelaskan mengenai perbandingan antara komponen drivetrain kendaraan mesin konvensional dengan kendaraan bermotor listrik.
Komponen drivetrain pada kendaraan konvensional jumlahnya lebih dari 2.000 item, sementara komponen drivetrain pada kendaraan listrik hanya di kisaran 20 item jumlahnya. Wow,Ā 1 : 100 item komponennya.
Biaya operasional kendaraan listrik dalam artikel tersebut pun disebut lebih murah ketimbang biaya operasional kendaraan bermesin konvensional. Hal ini di antaranya karena pihak industri terus berlomba-lomba mengembangkan baterei dengan kapasitas yang lebih besar sehingga bisa berjalan lebih jauh, plus harganya yang semakin terjangkau.
Jika di tahun 2010, baterei lithium-ion berbiaya US$1.000 per kWh, di tahun 2017 lalu biayanya sudah sudah turun hingga hanya US$200 per kWh, bahkan Tesla menyatakan di tahun 2020 mendatang, biaya baterei lithium-ion bisa mencapai US$100 per kWh atau dengan kata lain biayanya turun 90% hanya dalam kurun waktu 10 tahun.
Soal baterei mobil listrik menjadi variabel penting dalam implementasi kebijakan kendaraan listrik, karena menurut informasi dari Direktur Marketing PT Toyota Astra Motor, Anton Jimmy Suwandy, biaya baterei mobil listrik saat ini mencapai 20% dari biaya produksi kendaraan listrik per unitnya.
Belum lagi soal teknologi daur ulang dari baterei mobil listrik ke depannya di Indonesia, karena saat artikel ini diturunkan kabarnya baru Belgia yang memiliki teknologi daur ulang baterei kendaraan listrik.
Hmm,Ā menarik untuk terus diikuti perkembangan realisasi kendaran listrik di Indonesia ke depannya…