5 HAL KENAPA TEKNOLOGI MOBIL HYBRID DIBUTUHKAN SEGERA DI INDONESIA

Tangerang – Jumat 19 Juli 2019, dari pagi sampai sore, media kelas secangkir kopi jbkderry.com dan kanal YouTube Derry Journey diajak Toyota Indonesia untuk belajar perkembangan teknologi terkini mobil listrik di GIIAS 2019.

Pihak Toyota Indonesia sendiri menyebut kegiatan ini dengan nama “Toyota Electrification Day”.

Sebuah kesempatan yang tentu menarik untuk diikuti, mengingat pada tahun 2025 mendatang, pemerintah Indonesia telah mencanangkan sekitar 20 persen dari produksi kendaraan di Indonesia adalah berbasis tenaga listrik.

Jadi jika kalau diasumsikan pasar mobil di Indonesia tetap seperti beberapa tahun terakhir di kisaran satu juta unit per tahun, berarti ada sekitar 200 ribu mobil listrik yang diproduksi di Indonesia pada tahun 2025.

Siapkah kita? Siap gak siap harus siap, kenapa? Ada cukup banyak alasan dan argumen untuk menjawabnya, mulai dari efisien penggunaan bahan bakar fosil yang lebih efisien, emisi gas buang yang lebih rendah, hingga tuntutan untuk lebih memperhatikan keberlangsungan kelestarian alam dan udara yang lebih bersih.

“Setidaknya ada lima hal penting, mengapa kendaraan listrik dibutuhkan di Indonesia, yaitu efisiensi konsumsi bahan bakar lebih baik, lebih menyenangkan untuk dikendarai, lebih nyaman, lebih ramah lingkungan, dan biaya perawatannya mudah serta terjangkau,” kata Anton Jimmy Suwandy, Direktur Marketing PT Toyota Astra Motor (TAM) dalam sambutannya.

Berikut penjelasan lebih lengkap mengenai 5 (lima) poin kelebihan mobil hybrid dibanding mobil bermesin konvensional:

1. Gambaran Fakta Efisiensi BBM

Gambaran efisiensi bahan bakarnya pun telah diuji pihak internal Toyota Indonesia. Berikut data fakta dan gambarannya.

Pada pengetesan yang dilakukan didapatkan konsumsi Toyota C-HR 1.8L yang menggunakan mesin konvensional didapatkan konsumsi BBMnya 12,3 km/liter. Sementara pada C-HR Hybrid konsumsi BBMnya lebih irit signifikan yaitu 20,8 km/liter.

Demikian pula Toyota Camry konvensional bermesin 2.4L didapatkan konsumsi BBM 13,1 km/liter, sementara pada tipe Hybrid 22,3 km/liter. Pihak TAM menyebut kira-kira 70% lebih irit.

Hmm, atau gambaran sederhananya, jika pengeluaran BBM pada mobil bermesin konvensional sekitar Rp 100 ribu per hari, pada mobil hybrid hanya sekitar Rp 30 ribu per hari, hemat Rp 70 ribu per hari.

Rp 70 ribu x 30 hari ꓿ Rp 2.100.000 (wow, bisa saving Rp 2,1 juta per bulan). Kalau setahun tembus Rp 25,2 juta dong. Kalau lima tahun bisa hemat Rp 126 juta.

Mantap, gan…

2. Lebih Bertenaga & Nyaman Dikendarai

Ditopang dengan dua sumber tenaga, tanpa perlu banyak mikir kebayang performa mobil hybrid pasti lebih menggiurkan.

Berdasarkan pengujian pihak internal TAM, pada Toyota C-HR 1.8L mesin konvensional didapatkan kemampuan berakselerasi 0 – 50 km/jam didapat dalam waktu 4,76 detik. Lalu dari kecepatan 20 km/jam ke 50 km/jam dalam waktu 3,27 detik. Dari kecepatan 30 km/jam ke 60 km dalam waktu 3,82 detik.

Bagaimana dengan Toyota C-HR Hybrid 1.8L? Berikut catatan waktunya; 0 – 50 km/jam dalam waktu 3,12 detik, 20 – 50 km/jam dalam waktu 3,27 detik, dan 30 – 60 km/jam 3,78 detik.

Wow, sudah lebih irit, lebih cepat dan gesit, gan…

3. Lebih Nyaman dan Hening

Dengan gambaran lebih dari 50% sumber tenaga selama proses berkendara, tidak ayal suara kebisingan kendaraan jadi lebih rendah dibanding mobil dengan mesin konvensional.

Bahkan seiring perkembangan teknologi Toyota yang terus berkembang sempat diputarkan video presentasi pada kesempatan itu, saking heningnya tidak kedengeran suaranya pada melintas di perpustakaan.

Sederhananya, teknologi hybrid pasti jauh dari arti pribahasa “tong kosong nyaring bunyinya”. Artinya, teknologi hybrid pas diilustrasikan sedikit cakap tapi prestasinya terdepan, kira-kira begitulah artinya.

4. Lebih Ramah Lingkungan & Lebih Cinta Udara Bersih di Langit Biru

Dalam kesempatan belajar di hari itu, jbkderry.com juga disajikan data bagaimana perbandingan emisi gas buang antara mobil bermesin konvensional dengan yang sudah berteknologi hybrid.

Dan berikut temuannya…

Pada Toyota C-HR bermesin konvensional didapatkan data angka emisi gas buang 150 g CO2/km, sedang pada Toyota C-HR Hybrid didapatkan data angka emisi gas buang 95 g CO2/km.

Lalu pada Camry 2.4L mesin konvensional didapatkan data angka emisi gas buang 148 g CO2/km, dan pada Camry Hybrid 2.4L didapatkan data angka emisi gas buang 92 g CO2/KM.

Penjelasan sederhananya lebih bersih sekitar 60%. Tentu sebuah angka persentasi yang cukup signifikan untuk mengurangi polusi udara di kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta saat ini yang kabarnya polusinya semakin mengkhawatirkan.

5. Biaya Perawatan Terjangkau

Wuih, ternyata biaya perawatan mobil bermesin konvensional dengan mobil hybrid beti alias beda tipis, gaezzz.

Berdasarkan data yang dirilis TAM, biaya perawatan berkala per periode (6 bulan / 10.000 km – mana tercapai lebih dulu) untuk Toyota Camry mesin konvensional sebesar Rp 3.611.500,-. Sementara untuk Camry Hybrid cuma lebih mahal Rp 100 ribuan, yaitu di angka Rp 3.758.500,-.

Demikian pula pada Toyota C-HR mesin konvensional biaya perawatan berkala per periode sebesar Rp 3.333.500,-. Sedang pada C-HR Hybrid di angka Rp 3.354.000, atau sederhananya cuman lebih mahal Rp 21 ribu.

Data ini menurut pihak TAM adalah data biaya perawatan per periodik selama 5 (lima) tahun awal kepemilikan kendaraan.

Catatan Penting Tambahan

Mengenai kekhawatiran harga biaya baterei yang konon kabarnya mahal, pihak TAM melalui Anton Jimmy Suwandy selaku Direktur Marketing mengatakan pada kesempatan itu, “Kami memberikan garansi baterei mobil hybrid Toyota saat ini di waktu lima tahun. Dan kalau dirupiahkan, harga baterei mobil hybrid ada di kisaran angka Rp 40 jutaan.”

Hmm, di atas kertas dari harga hemat bahan bakar selama lima tahun masih ada sisa Rp 86 juta, gan (Rp 126 juta – Rp 40 juta).

Dan tidak menutup kemungkinan, andai regulasi LCEV segera disahkan oleh pemerintah, dan para pelaku industri dan para vendornya bisa melokalisasi produksi baterei mobil listrik di Indonesia, harganya bisa jadi lebih rendah.

Awrait, itu saja informasi dari media kelas secangkir kopi pagi ini, gan. Semoga ada manfaatnya, terima kasih telah menyempatkan waktu untuk mampir…

Oh iya, masih ada bahan artikel kelas secangkir kopi mengenai pengalaman kesan awal mengendarai Toyota Prius PHEV, plus perkembangan pasar mobil hybrid Toyota di Indonesia selama 10 tahun terakhir, tapi belum dibuat. Nanti mampir lagi yah, gan…

Sebagai gambaran teknologi PHEV lebih canggih lagi. Jika pada Prius Hybrid, emisi gas buang yang dihasilkan 83 g CO2/km, maka di Prius PHEV jadi jauh lebih rendah yaitu 28 g CO2/km.

Demikian pula dengan daya jangkau berkendara. Jika pada Prius HEV, daya jangkau berkendara pada saat baterei terisi penuh yaitu di kisaran 900 km, maka pada Prius PHEV bisa tembus hingga kisaran 1.700 km (wuih, Jakarta – Surabaya PP cuma sekali isi bensin, gan).

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: