TIPE-TIPE PEMBELI MOTOR BARU DI INDONESIA #ARTIKELSECANGKIRKOPI

Royal Enfield Continental GT 650.

Jakarta – Artikel ringan kali ini Kamis 14 Februari 2019 adalah soal tipe-tipe pembeli motor baru di Indonesia.

Ada dua alasan artikel ini dibuat. Pertama, artikel tipe-tipe pembeli mobil baru di Indonesia #artikelsecangkirkopi ternyata banyak yang suka, dan kepikiran kenapa gak dibuat yang versi tipe-tipe pembeli motor di Indonesia.

Alasan kedua adalah mengenang pengalaman founder jbkderry.com waktu buat majalah 2Wheelers Indonesia tahun 2006 – 2007 dan saat masih menjadi managing editor di majalah Roda Dua Adira di tahun 2009 – 2010.

Awrait, tanpa berpanjang lebar, berikut di bawah ini ulasannya…

1. Tipe Pembeli Motor Baru Kebanyakan

Kalau yang ini indikatornya cukup banyak, tapi yang paling utama menurut jbkderry.com adalah harga di bawah Rp 20 juta per unit. Pilihan terbanyak dipilih saat ini yah pastinya Honda BeAT dan Honda Vario 125.

Kalau seleranya pengen tidak terlalu mainstream baru pilihannya Yamaha Mio atau Yamaha Soul GT 125. Kok Yamaha disebut gak mainstream? Jawaban termudah adalah lihat saja perbandingan data penjualan di AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia). Dalam 4 tahun terakhir (2015 – 2018), rata-rata perbandingannya setiap 4 unit motor Honda terjual baru 1 unit motor Yamaha terjual.

Dan bukan rahasia lagi jika lumbung penjualan motor Honda di Indonesia yah dari kedua model motor tersebut.

Indikator kedua adalah DP yang lebih murah. Soal ini, Honda kembali unggul. Di wilayah Bogor misalnya, untuk mendapatkan skuter matik Honda sekelas BeAT dan Vario tidak perlu ke dealer resmi. Beberapa mudah ditemui jualan di mobil pickup dan dealer dadakan di wilayah perumahan perkampungan, dengan DP yang relatif lebih terjangkau ketimbang DP motor skutik Yamaha yang sekelas.

Indikator ketiga adalah iming-iming nilai jual kembali. Nama Honda masih kuat mengakar di benak masyarakat umum, punya nilai jual kembali lebih tinggi.

Umumnya konsumen di tipe pertama ini menurut pengamatan jbkderry.com adalah emak-emak yang suka naik motor, anak sekolah yang dapat hadiah dari orang tuanya, serta kelas pekerja UMR yang masih menganggap motor sekadar sebagai alat transportasi belaka.

2. Tipe Pembeli Motor Baru Naik Kelas

Nah, kalau di klasifikasi ini, menurut jbkderry.com, Yamaha bisa disebut dapat dapat menyaingi determinasi pasar Honda, tapi yah itu tadi populasinya gak sebanyak kategori di atas.

Tipe pembeli motor baru naik kelas ini bisa disebut lebih intelek dalam arti masih suka membaca info-info seputar motor baru. Berbeda dengan karakter umum di klasifikasi pertama, yang lebih karena pandangan umum dan cenderung tidak suka baca info otomotif.

Tipe pembeli motor naik kelas ini umumnya berdaya beli di atas Rp 20 juta dan maksimal Rp 30an juta. Pilihan umumnya masih motor skuter matik, seperti Yamaha NMax, Honda PCX lokal, Honda Vario 150, Yamaha Lexi, dan Yamaha Aerox 155.

Di tipe pembeli nomor dua ini, motor bukan lagi sekadar alat transportasi belaka, tetapi juga pertimbangan-pertimbangan lain seperti cita rasa gaya hidup, nilai kenyamanan yang didapatkan, konsumsi BBM rata-rata, hingga fitur-fitur yang ditawarkan.

Bisa dibilang tipe pembeli motor kedua ini lebih melek wawasan otomotif. Karakter pembeli umumnya menurut pengamatan jbkderry.com adalah masyarakat kelas menengah berpendidikan (baik itu laki-laki maupun perempuan), kelas pelajar dari keluarga kelas menengah, serta kelas pekerja kelas menengah. Pokoknya serba menengahlah.

3. Tipe Pembeli Motor Baru Naik Kelas Lagi

Menurut pengamatan secangkir kopi jbkderry.com, di tipe pembeli motor baru seperti ini kemampuan daya belinya sudah di atas Rp 30an juta hingga Rp 75an juta, dan tidak lagi terkonsentrasi di segmen skuter matik, serta tidak lagi terpaku pada pilihan Honda atau Yamaha.

Pilihan paling umum dan terlaris saat ini adalah Yamaha XMax yang banderol harganya sudah tembus Rp 57,8 juta on the road Jakarta saat artikel ini dibuat. Kalau mau saingannya versi Honda mesti merogoh isi tabungan lebih dalam, karena harga Honda Forza yang diimpor dari Thailand tembus Rp 76,5 juta (atau lebih mahal Rp 18,7 juta). Tapi kalau kata-kata anak sekarang, “Sultan mah bebas (beli apa saja).”

Pilihan lain apalagi kalau bukan segmen motorsport pemula (atau entry-level) baik 150cc maupun 250cc. Untuk yang 150cc, pilihannya cukup banyak dari Honda dan Yamaha. Sementara kalau yang versi 250cc selain dari Honda dan Yamaha, ada juga pilihan legendaris Kawasaki Ninja 250. Nama yang terakhir ini banyak banget disukai berbagai kalangan, mulai pelajar, kelas pekerja kelas menengah, hingga aparat polisi atau TNI.

4. Tipe Naik Kelas Anti Mainstream

Nah, kalau yang satu ini pasarnya menurut jbkderry.com masih niche alias masih ceruk tapi peluangnya nampak semakin berkembang. Pilihan terpopuler saat ini yah Royal Enfield.

Motor India ini menawarkan konsep motor klasik, berkapasitas mesin cukup besar (350cc – 500cc), serta harga yang relatif menarik di bawah Rp 100 juta, kecuali untuk motor baru mereka Royal Enfield Continental GT 650cc yang dibanderol Rp 170an juta di Indonesia.

Nama Royal Enfield semakin melambung di Indonesia, karena beberapa fifur terkenal mengendarainya seperti Presiden Joko Widodo, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, dan Gibran Rakabuming sang pemilik sekaligus pendiri Markobar.

Selain nama Royal Enfield Classic dan Bullet di Indonesia, sosok lain yang cukup populer di tipe pembeli yang satu ini adalah Kawasaki W175. Pasalnya Presiden Joko Widodo juga memilikinya dan sudah di-custom pula di Katros Garage. Lalu sosok populer lain adalah selegram dan youtuber Den Dimas yang mengoleksi dua sekaligus versi custom-nya.

Nama lain yang populer adalah motor-motor produksi Cleveland CycleWerks yang banderolnya di kisaran Rp 50an juta. Salah satu pesohor di sosial media yang menunggangi motor buatan Cleveland CycleWerks adalah Fina Phillipe @Lafinaa.

Catatan Penutup

Kalau ada yang tanya kenapa motor di atas harga Rp 100 juta gak dibahas? Wah, kalau menurut jbkderry.com, pilihan di atas Rp 100 juta variasinya lebih luas lagi (termasuk faktor selera dan pengaruh lingkungan bermain) serta pasarnya lebih niche.

Awrait, demikian dulu artikel ringan di hari ini. Semoga ada manfaatnya, terima kasih telah menyempatkan waktu untuk mampir.

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: